Sabtu, 12 September 2009

Semua Antibiotik Berisiko

Pemakaian Harus Rasional dan Bijak
TAK
semua penyakit butuh antibiotik. Penyakit yang tidak disebabkan bakteri, seperti flu, tak perlu antibiotik. Itu yang harus diingat masyarakat agar tak sembarangan mengonsumsi antibiotik. ''Prisnipnya, semua antibiotik akan berdampak ke organ tubuh. Ada jenis antibiotik yang bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan liver,'' kata Prof dr Kuntaman MS SpMK.

Bahaya lainnya, kata Kuntaman, adalah resistensi kuman. Dokter spesialis mikrobiologi klinik RSUD dr Soetomo itu menjelaskan, ada jutaan bakteri di lingkungan kita. ''Bila kita sakit dan menggunakan antibiotik secara sembarangan, kuman-kuman tersebut bisa resisten, kebal obat,'' terangnya.

Bila kuman resisten, penyakit yang ditimbulkan jadi lebih berat. Kuman menjadi lebih ganas. Untuk membunuh kuman tersebut, antibiotik grade yang sama tak lagi mempan. Dokter harus menggantinya dengan antibiotik lain yang grade-nya lebih tinggi. Misalnya, bila semula cukup dengan antibiotik oral, kini harus berupa injeksi.

''Pasien jadi rugi. Sebab, pasien harus lebih lama opname di rumah sakit dan harus membeli antibiotik yang harganya lebih mahal,'' kata Kuntaman. Dampaknya, biaya yang dikeluarkan pasien jadi lebih besar.

Karena itu, wakil dekan I FK Unair itu mengingatkan agar pasien tak sembarangan mengonsumsi antibiotik. Sebaiknya, pasien berkonsultasi dahulu dengan dokter sebelum minum antibiotik.

Sebab, antibiotik hanya efektif untuk penyakit yang disebabkan infeksi kuman. Padahal, tak semua penyakit disebabkan bakteri. Ada juga yang disebabkan virus. Jika penyebabnya virus, pengobatan dilakukan dengan antivirus, bukan antibiotik. ''Dokter tahu ciri penyakit akibat virus atau bakteri. Kalau perlu, diagnosis dokter diperkuat dengan hasil laboratorium,'' katanya.

Kuntaman juga mengingatkan perlunya menggalakkan kampanye pemakaian antibiotik secara rasional dan bijaksana. Yang dimaksud rasional adalah konsumsi antibiotik sesuai aturan. Maksudnya bijaksana adalah konsumsi antibiotik sesuai aturan plus berdasar hati nurani. ''Jangan emosi ingin cepat sembuh, lalu minta antibiotik dengan grade tinggi,'' tegasnya.

Dokter juga diminta tidak gegabah memberikan antibiotik dengan grade very good. Sebaiknya, berikan antibiotik kategori good dulu sambil pasien dievaluasi. Jika kuman tak mati, baru pasien diberi antibiotik grade lebih tinggi. ''Antibiotik grade very good itu untuk kasus-kasus khusus saja,'' katanya.

Sebab, kata dia, antibiotik dengan grade very good belum memiliki turunan. Kalau kuman sampai mengalami resistensi terhadap antibiotik grade tersebut, tak ada antibiotik lain yang bisa mematikannya.

Yang juga perlu diingat, lanjut Kuntaman, segeralah membersihkan diri setelah menjenguk pasien infeksi di rumah sakit. Sebab, kuman bisa menular melalui salaman atau dari udara.

''Penularan bakteri bergantung jenis penyakit. Bila pneumonia, bakteri bisa berpindah host melalui udara,'' ujar salah seorang tim ahli PPRA (program penanggulangan resistensi antimikroba) RSUD dr Soetomo tersebut. (ai/soe) - 20 Juni 2009
Sumber :
12 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar